basilika santo petrus

Senin, 29 Maret 2010

Rabu Abu sampai Paskah

Rabu Abu sebagai permulaan masa prapaskah (masa pertobatan, pemeriksaan batin, puasa dan berpantang). Masa ini digunakan oleh umat Kristen untuk mempersiapkan diri menyambut kebangkitan Kristus atas penebusan dosa umat manusia.
Berabad-abad sebelum Kristus lahir, abu telah digunakan sebagai tanda tobat. Misalnya, dalam Kitab Yunus dan Kitab Ester. Ketika Raja Niniwe mendengar nubuat Yunus bahwa Niniwe akan ditunggangbalikkan, maka turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu. (Yunus 3:6). Dan ketika Ester menerima kabar dari Mordekhai, anak dari saudara ayahnya, bahwa ia harus menghadap raja untuk menyelamatkan bangsanya, Ester menaburi kepalanya dengan abu (Ester 4C:13). Bapa Pius Parsch, dalam bukunya The Church's Year of Grace menyatakan bahwa Rabu Abu Pertama terjadi di Taman Eden setelah Adam dan Hawa berbuat dosa. Tuhan mengingatkan mereka bahwa mereka berasal dari debu tanah dan akan kembali menjadi debu.
Abu yang digunakan pada Hari Rabu Abu berasal dari daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya yang telah dibakar. Setelah Pembacaan Injil dan Homili abu diberkati. Abu yang telah diberkati oleh gereja menjadi benda sakramentali.
Saat ini semua umat menerima abu pada Hari Rabu Abu. Yaitu sebagai tanda untuk mengingatkan kita untuk bertobat, tanda akan ketidakabadian dunia, dan tanda bahwa satu-satunya Keselamatan adalah Tuhan Allah kita.
Minggu Palma adalah perayaan untuk mengenang masuknya Yesus ke kota Yerusalem sebelum ia disalibkan yang disambut penduduk dengan daun palma ditangan mereka. Hari raya ini selalu jatuh pada hari Minggu sebelum Paskah. Perayaan ini terdapat pada empat Ayat, yaitu Markus 11:1-11, Matius 21:1-11, Lukas 19:28-44 dan Yohanes 12:12-19. Pada minggu ini dilakukan penutupan salib dengan kain ungu untuk membantu umat semakin menyadari bahwa kita ada dalam masa prapaska dengan aneka upaya tobat yaitu pantang dan puasa, doa dan berbuat amal. Ada aneka pantang, dan antara lain adalah pantang mata yang disimbolkan dengan penutupan salib itu. Warna ungu melambangkan pertobatan, kurban dan persiapan.
Pada jaman dulu rakyat dapat mengetahui tujuan kedatangan raja dengan mengamati bagaimana ia memasuki kota. Pada masa itu kuda harganya amat mahal dan hanya digunakan untuk berperang. Jadi jika raja memasuki kota dengan menunggang kuda, biasanya berarti kerajaan dalam bahaya. Rakyat menjadi kalut dan ketakutan. Tapi jika raja bertujuan untuk mengadakan kunjungan damai, ia akan memasuki kota dengan menunggang seekor keledai. Cara inilah yang digunakan Yesus Kristus sang Raja untuk memasuki Yerusalem. Yesus bermaksud menyampaikan dua pesan yang jelas kepada rakyat Yerusalem. Yang pertama bahwa Ia adalah raja, yang kedua adalah bahwa Ia bermaksud membawa damai sejahtera. Yesus datang dari Bukit Zaitun menuju lembah Kidron, di sebelah timur Bait Allah. Perjalanan yang harus ditempuh-Nya menurun dan curam. Selain jalanan di situ sempit dan kotor, hujan musim semi telah membuat jalanan menjadi licin. Orang-orang yang bersorak-sorai menyambut Yesus menebarkan ranting-ranting (daun palma) dan pakaian mereka di jalan supaya keledai Yesus tidak tergelincir. Sementara Yesus menuruni bukit, rakyat ramai meneriakkan "Hosanna!", bahasa Ibrani yang artinya "Selamatkanlah Kami!". Minggu Palma disebut juga Minggu Mengenangkan Sengsara Tuhan, sebab pada hari itu akan dibacakan kisah tentang hari-hari terakhir kehidupan Yesus di dunia yang dikenal sebagai Kisah Sengsara Tuhan Kita, Yesus Kristus (passio). Passio berasal dari `Passio' bahasa Latin, yaitu suatu perasaan yang amat kuat serta mendalam. Misalnya saja cinta, benci atau marah. Di antaranya, yang paling besar kuasanya adalah cinta.
Kamis Putih (Moundy Thursday) adalah hari pertama dalam Tri Hari Suci. Pada hari ini dirayakan hari Ulang Tahun Perjamuan Malam Yesus, di mana Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya dan menetapkan Institusi Ekaristi. Disebut Kamis Putih karena warna liturgi pada hari itu didominasi oleh warna putih. Imam mengenakan pakaian misa putih, hiasan altar semuanya putih mau menunjukkan kemuliaan dan kesucian. Dalam bahasa Inggris, tradisional hari ini disebut Maundy Thursday. Sebutan itu diambil dari antifon pertama upacara pembasuhan kaki yang dalam bahasa Latin berbunyi : Mandatum Novum atau perintah baru (Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. - Yoh 13, 34) yang menjadi salah satu pokok upacara pada hari itu. Sejak abad ke 4, hari itu ditetapkan oleh Konsili Hippo (tahun 393) sebagai perayaan khusus perjamuan Ekaristi yang diadakan oleh Tuhan Yesus pada Perjamuan Terakhir. Sejak tahun 1955 misa Kamis Putih biasa dilaksanakan pada sore hari, sedangkan upacara pemberkatan minyak-minyak itu dilaksanakan di dalam Misa Krisma yang dilaksanakan pada Pagi Hari (di Katedral). Dalam Misa Krisma itu, para imam bersama dan di hadapan Bapak Uskup membaharui janji imamatnya.
Jumat Agung adalah perayaan untuk memperingati sengsara dan wafat Tuhan Yesus untuk penebusan seluruh dosa umat manusia di dunia. Dalam perayaan ini ada upacara penciuman salib untuk menghormati salib Kristus dan terutama pengorbanan-Nya yang luar biasa kepada umat manusia. Dalam perayaan ini juga dinyanyikan passio atau kisah sengsara Tuhan Yesus. Jumat Agung adalah hari yang unik. Kalau Matius hanya mencatat dua hal luar biasa. Lukas mencatat bagi kita tiga kejadian ajaib yang membuat Jumat yang satu ini lain dari kebanyakan hari Jumat. Pertama, kegelapan meliputi seluruh daerah itu selama tiga jam. Kedua, tabir Bait Suci terbelah dua. Ketiga, kepala pasukan penyaliban memuliakan Allah di depan umum. dengan cerita ini Lukas hendak menegaskan bahwa dunia kembali kepada keadaannya semula. Dunia benar-benar hidup tanpa Allah pada saat Yesus menghembuskan nafasnya yang terakhir. Itu sebabnya dunia diliputi kegelapan. Bukan kegelapan biasa karena gerhana matahari. Tetapi kegelapan luar biasa. Kegelapan yang dahsyat, kegelapan karena hidup tanpa Allah. Dan memang demikian adanya. Dua belas jam terakhir dari kisah hidup Yesus memperlihatkan betapa kejamnya manusia. Manusia telah benar-benar hidup tanpa Allah. Hati mereka menjadi gelap. Mereka bukan hanya memutarbalikkan kebenaran. Tetapi berusaha membunuh kebenaran. Manusia bukan hanya menangkap dan mengadili Yesus dalam kegelapan. Mereka juga ingin memusnahkan terang yang sejati itu dari muka bumi. Gelap gulita di Golgota pada Jumat yang Agung ini menunjukkan bahwa dunia dan manusia belum melangkah jauh dalam hal kebenaran dan kasih. Umur dunia sudah tua, tapi manusia yang menduduki dunia masih ada pada titik start, nol kilometer. Kedua, matahari menjadi gelap, karena Tuhan yang adalah sumber dari mana matahari memperoleh terang telah tiada. Seumpama lampu, nyala api matahari padam karena minyak yang menyalakannya sudah habis. Kristus sudah mati. Terang yang sesungguhnya sudah tiada. Matahari menjadi malu dan tidak tahan melihat bagaimana kejamnya perlakuan manusia terhadap sang terang. Itu sebabnya matahari menutup matanya. Ia tidak mau bersinar. Dalam Kitab Matius dan Lukas dikisahkan bahwa bukan hanya matahari yang menjadi gelap. Tetapi ada juga gempa bumi yang dahsyat. Bumi gemetar ketakutan waktu menyaksikan sumber hidup dan sang penciptanya dilumatkan oleh kuatnya dosa dan pemberontakan manusia.
Tanda ajaib yang kedua adalah tirai Bait Allah terbelah dua. Di Bait Allah tergantung dua tirai/layar. Yang pertama di pelataran depan yang memisahkan ruang untuk umum dan ruang yang kudus. Layar kedua tergantung di antara ruang kudus dan ruang maha kudus. Mana dari kedua layat ini yang terbelah tidak disebut dalam Alkitab. Kita hanya bisa menduga. Terbelahnya tirai ini tentu punya maksud atau pesan. Kalau maksudnya untuk mengumumkan bahwa jalan kepada Allah sekarang terbuka kepada semua manusia, maka yang tercabuk itu haruslah tirai yang memisahkan ruang kudus dan ruang maha kudus. Tetapi ini berarti hanya imam besar saja yang melihat dan mengetahui hal itu. Sudah pasti bukan ini yang dimaksudkan Lukas. Tirai yang tercabik yang dimaksud Lukas haruslah tirai yang ada di antara ruang untuk umum dan ruang kudus. Dan kalau itu yang terjadi, maka tercabiknya tirai tadi hendak menegaskan bahwa dengan kematian Yesus Allah mengumumkan bahwa Ia tidak mau lagi terkurung hanya dalam Bait Allah dan hanya bisa ditemui di gedung kebaktian. Sejak saat itu Allah tidak hanya bisa ditemui di Bait Allah. Ia ada dalam perjalanan kepada bangsa-bangsa. Dia mau juga disembah dan dihormati di tempat-tempat yang bukan gedung kebaktian atau Bait Allah. Bukan hanya para imam saja yang dapat berbicara dan melayani Dia. Orang kebanyakan juga dapat bertemu Tuhan Allah secara langsung.
Keajaiban ketiga, seorang non Yahudi, bangsa tidak bersunat, kepala pasukan penyaliban berkata di hadapan umum: "Sungguh, orang ini adalah orang benar374Kita lihat di sini bahwa Allah tidak menyembunyikan kebenaran kepada orang non Yahudi. Allah adalah Tuhan yang tidak diskriminatif. Kasih juga tidak pilih muka. Allah memberikan kepada orang yang percaya maupun orang kafir kemampuan untuk mengenal kasih dan menghormatinya. Tidak ada dosa yang begitu berat sehingga menghalang-halangi kuasa Allah. Tidak. Kepala pasukan penyaliban digerakkan hatinya oleh Allah untuk mengenal kasih dan kebenaran. Dengan mengakui bahwa Yesus adalah orang benar di depan umum, ia mengaku diri sebagai yang melakukan satu tindakan yang salah dan keliru. Si kepala pasukan penyaliban tidak berusaha membela diri, ia mengakui kekeliruannya dengan terbuka dan jujur. Seorang kepala pasukan mengaku diri berbuat kesalahan dan kekeliruan. Itu diucapkan di depan umum. Lukas melihat ini sebagai sebuah keajaiban. Ia mencatat ini dalam kitab yang dia peruntukan kepada Teofilus, seorang pejabat tinggi dalam pemerintahan Roma waktu itu. Ia tentu mencatat keajaiban ini dengan maksud agar mendorong Teofilus waktu itu, dan Teofilus-Teofilus masa kini untuk meniru contoh kepala pasukan penyaliban.
Paskah adalah perayaan untuk mengenang kebangkitan Yesus dari wafat-Nya. PASKAH berasal dari kata Ibrani, Pasach. Artinya berlalu. Dalam perjanjian Lama kata ini menggambarkan berlalunya masa hidup sebagai budak di Mesir selama 450 tahun dan dimulainya masa sebagai orang merdeka untuk berjalan menuju tanah perjanjian. Dalam Perjanjian Baru juga demikian, Paskah merupakan pembebasan bagi orang-orang percaya dari perbudakan dosa dan maut, seharusnya manusia mati karena dosa, namun kemenagan Tuhan Yesus di atas kayu salib telah membebaskan umat manusia dari kematian. Yesus telah menang atas dosa-dosa umat manusia secara universal, artinya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Peringatan Paskah juga merupakan suatu pesta kemenangan besar Yesus Kristus, sekaligus Kemenangan besar bagi orang-orang percaya (kepada-Nya). Dalam perayaan Paskah dikenal ada berbagai simbol paskah, diantaranya adalah bunga dan tanaman, yang sering dianggap sebagai simbol kehidupan dan harapan baru. Paskah juga melambangkan suatu kehidupan dan harapan baru bagi umat kristen. Kehidupan dan harapan baru tersebut diberikan oleh Kristus yang telah bangkit dari kematian. Itu sebabnya Paskah sering dilambangkan dengan bunga dan tanaman. Simbol Hewan Paskah seperti ayam, kelinci, dan domba. Ayam dan telur sering dipakai sebagai ungkapan untuk menyatakan mana yang lebih dulu. Keduanya dipakai orang untuk melambangkan suatu kehidupan baru. Dari sebuah telur, lahirlah seekor anak ayam, sebagai ciptaan baru, seperti halnya sebuah telur yang ditetaskan untuk menjadi seekor calon anak ayam. Hewan kedua yang dianggap sebagai hewan Paskah adalah domba. Mengapa? Hal ini kembali pada masa, jauh sebelum Paskah, pada masa Alkitab perjanjian lama. Darah anak domba dioleskan oleh orang Yahudi di pintu rumah untuk membantu malaikat Tuhan membedakan rumah orang Yahudi dari rumah orang Mesir. Malaikat maut tersebut sedang diutus untuk membunuh anak sulung orang Mesir yang telah memperbudak bangsa Yahudi. Sejak saat itu, untuk memperingati keluarnya bangsa Yahudi dari Mesir, domba dipakai sebagai simbol hewan yang dikorbankan. Hewan ketiga, 'kelinci' adalah binatang yang paling populer di antara ketiga hewan diatas sebagai hewan Paskah. Kelinci yang dikenal sebagai hewan yang cepat berkembang biak dan melahirkan banyak anak, dianggap sebagai simbol kehidupan baru.


Sumber : http://www.indocell.net/yesaya, www.sabda.org, www.americancatholic.org,
Catholic Online Lenten Pages, www.catholic.org/lent/lent.html, Ask A Franciscan, St. Anthony Messenger Magazine,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar